Siti Nadia Tarmizi Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI menjelaskan sebenarnya bakteri Legionellosis berbeda dengan virus Covid-19, hanya saja gejala yang ditimbulkan sama.
Legionellosis adalah penyakit seperti pneumonia yang tingkat keparahannya bervariasi, dari penyakit demam ringan hingga bentuk pneumonia yang serius dan terkadang fatal. Bakteri tersebut pertama kali ditemukan di Argentina, gejala yang ditimbulkan pun yakni batuk, pilek, dan demam.
Dia menambahkan, bakteri tersebut dapat menyerang siapa saja, namun tidak dipungkiri bahwa orang yang berusia lanjut memiliki risiko yang lebih tinggi.
Menurutnya, bakteri itu bisa masuk melalui hidung dan menyebabkan radang tenggorokan.
Siti Nadia waktu mengudara di Radio Suara Surabaya, Senin (26/9/2022) mengungkapkan bahwa bakteri Legionellosis bisa hidup di air laut, air tawar, AC, air panas, air kolam dengan suhu 30-45 derajat Celsius. Oleh karena itu, ia menyarankan agar ruangan dan gedung yang ber-AC dilakukan perawatan rutin agar tidak menjadi tempat bakteri berkembang.
“Pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, masyarakat juga harus mengkonsumsi air yang matang serta selalu memakai masker,” ungkapnya.
Dalam penanganannya, karena memiliki gejala yang mirip Covid-19, orang yang batuk, demam dan pilek, akan di-test Covid-19 terlebih dahulu. Jika dinyatakan negatif, baru dicek apakah terinfeksi bakteri Legionellosis atau tidak.
Siti Nadia menegaskan bahwa sejauh ini bakteri Legionellosis belum ditemukan di Indonesia. Namun kewaspadaan terhadap penyakit tersebut perlu ditingkatkan, sebagai langkah antisipasi. (des/ipg)